HUTAN, paru-paru bumi
10.00 - 21.00 WIB
30 November - 7 December 2025
Kondisi hutan kita kian hari kian memprihatinkan akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Berbagai akibatnya bisa kita lihat bahkan rasakan seperti terganggunya siklus air, dimana banjir dan erosi semakin sering terjadi. Belum lagi sumber aneka pangan juga terusik. Ketersediaan sumber untuk kebutuhan sandang dan papan pun berpotensi turut terancam. Bila lahan hutan terus menyusut, tak pelak lagi keberadaan masyarakat adat sebagai penjaga hutan dan penjaga tradisi juga akan semakin terpinggirkan. Kekayaan budaya yang diwarisi secara turun temurun perlahan akan hilang. Semua ini tentu membuat keresahan terutama bagi mereka yang peduli.
Aneka satwa penting turut terancam kehidupannya. Populasi satwa terus menurun seperti harimau dan gajah Sumatera, orangutan, badak Jawa, Rangkong dan burung pemangsa yang membutuhkan pohon-pohon besar untuk bersarang dan berkembangbiak.
Hutan sebagai paru-paru bumi, merujuk pada hutan hujan tropis yang luas dan berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Peran hutan juga sangat krusial dalam menjaga keseimbangan iklim bumi. Ironisnya Indonesia adalah negara ketiga di dunia setelah Brazil (Amazon), Kongo (Cekungan Kongo) yang memiliki jenis hutan hujan tropis.
Sebagai seniman yang dalam berkarya membutuhkan beragam material yang bersumber dari kekayaan hutan, aku pun ikut resah. Material alami yaitu aneka serat tumbuhan/tanaman-- yang dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain-- , lalu sumber pewarnaan alami dari tumbuhan dan tanaman serta tanah dan batuan banyak yang berasal dari hutan.
Keresahan ini tertuang dalam dua karya kolaborasiku bersama tiga seniman lainnya bertajuk HUTAN paru-paru bumi. Hutan adalah rumah bagi beraneka spesies tumbuhan, hewan dan berbagai organisme yang bekerja secara simbiosis untuk keseimbangan ekosistem. Hutan juga menjadi sumber kebutuhan mahluk hidup untuk bertahan hidup. Ketika hutan di HULU rusak maka semua yang ada di HILIR akan terdampak.
Sebagai pengingat bahwa keberadaan hutan yang lestari sangat penting, material kanvas yang digunakan dalam salah satu karya kolaborasi ini adalah tenun ulap doyo. Material ini berasal dari serat daun doyo (Curliglia latifolia), sejenis pandan berserat kuat dan tumbuh secara liar di pedalaman Kalimantan, salah satunya di wilayah Tanjung Isuy, Jempang, kabupaten Kutai Barat di provinsi Kalimantan Timur. Ulap doyo merupakan warisan peradaban tinggi masyarakat Dayak Benuaq di Pedalaman Kalimantan Timur.
Aku bersama tiga seniman lainnya merespons kondisi hutan Indonesia saat ini melalui seni olah kain dan serat. Kami sama-sama mengusung konsep keberlanjutan (sustainability). Material yang digunakan adalah kanvas, serat alami, pewarnaan alami dan kulit kayu dari pohon Terap dari hutan Kalimantan. Pohon terap atau tarap adalah sejenis pohon buah dari marga Artocarpus, yang sama dengan nangka dan asli Kalimantan. Pohon ini ditebang secukupnya untuk kebutuhan hidup masyarakat Dayak Iban. Kayunya biasa digunakan untuk bahan bangunan, getahnya sebagai bahan perekat dan buahnya untuk dikonsumsi. Kulit kayunya digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari.
Dalam mengusung konsep
keberlanjutan, kami juga mengolah sisa kain atau perca dan serat
alami menjadi sebuah karya yang bernilai dan memanfaatkan potongan batang pohon
dan rantingnya sebagai elemen desain. Selain aku, tiga seniman kain dan serat ini adalah
:
Nia Afif, Ratih Putri dan Yuninggar Renaningtyas. Selain karya kolaborasi, mereka juga menghadirkan karya pribadi yang sejalan dengan tajuk pameran ini yaitu HUTAN, paru-paru bumi.
Pameran mini seni olah kain dan serat ini dipersiapkan sejak semester kedua tahun 2025. Sedari awal dirancang untuk sebisa mungkin menggunakan material alami dan mengolah sisa kain dan benang secara maksimal. Kemudian juga menggunakan berbagai teknik seni olah kain dan serat seperti faux chenille, lukisan dengan pigmen warna bumi, weaving dan stitching sculpturing. Berbagai teknik olah kain dan serat alam ini bertemu dalam tiga karya kolaborasi dimana saling merespons hingga melebur dalam harmoni warna dan rasa.
Berikut adalah profil
singkat keempat seniman kain dan serat yang tampil :
Seniman kain yang fokus pada konsep keberlanjutan dan menekuni teknik faux chenille. Tidak banyak seniman kain yang berkarya dengan teknik ini, dimana sangat membutuhkan ketelitian tinggi, konsistensi dan kepekaan dalam memilih karakter kain dan memainkan warna. Semua dikerjakan Nia dengan detil sehingga hasil karyanya selalu bermuara pada harmoni tekstur, warna dan rasa yang menyelaras. Mulai dari fashion statement, beragam produk penunjang fesyen hingga elemen desain interior dikerjakan dengan renjana yang kuat hingga melahirkan DNA desain yang unik.
IG @kay.artproject
Ratih
Putri
Mengusung konsep keberlanjutan dengan konsisten menerapkan praktik upcycle, di tangan Ratih perca atau leftover fabric menjelma menjadi sesuatu yang bernilai. Karya ikoniknya adalah handbag, bagcharm dan burung hantu yang secara filosofis merepresentasikan kebijaksanaan dan figur yang selalu haus akan ilmu. Dalam mereka-reka perca, Ratih tajam dalam memadumadankan warna, motif dan tekstur hingga semua terasa harmoni. Sisa kain pun menjadi bermakna dan hidup di tangannya.
IG @21bykainratih, @ratih21putri
Yuninggar
Renaningtyas
Selain berprofesi sebagai desainer interior, Yuninggar adalah juga seniman fiber art. Di Indonesia, sedikit seniman fiber art yang fokus pada konsep keberlanjutan. Persilangan kedua profesi ini melahirkan keunikan dalam karyanya dan satu sama lain saling menyeimbangkan.
Ada cerita dibalik jalinan benang pewarnaan alami dan serat alam karya Yuninggar. Bermula dari refleksi batin, bermuara pada jalinan benang yang ditenun melalui gerakan repetitif dengan penuh kesadaran. Lalu mewujud pada pola desain yang harmoni dan komposisi warna yang memberikan rasa tenang.
Pesan tersirat dalam setiap karyanya adalah ajakan untuk selalu menjaga keseimbangan. Selaras dengan kerja alam. Pesan sederhana namun penuh makna.
IG @Menakma
Indira
Cestra
Seniman yang berfokus pada seni tekstil, budaya dan eksplorasi pewarnaan alami berbasis kekayaan biodiversitas dan geodiversitas Indonesia. Praktik seninya mengusung kekayaan alam dan budaya, dengan beragam teknik yang tertuang pada beragam media serat alam dengan pewarnaan alami.
Keberlanjutan adalah semangat yang selalu menjadi pilarnya dalam berkarya, baik karya pribadi maupun karya kolaborasi. Melalui karya kolaborasi bersama seniman lainnya, Indira berupaya untuk menyelaras tanpa kehilangan identitasnya. Seperti mekanisme alam yang bekerja selaras satu dengan lainnya membentuk harmoni kehidupan, melalui interaksi kompleks antar elemen ekosistem dimana setiap komponen saling bergantung untuk keseimbangan.
IG @indiracestra




Comments
Post a Comment