Mengenal lebih dekat dengan Pigmen Bumi/Pigmen Mineral

Selama ini mungkin kita terbiasa atau hanya mengenal sumber pewarnaan alam dari tanaman atau tumbuhan saja. Ada sekitar 100an jenis tanaman yang bisa kita manfaatkan sebagai sumber pewarnaan alam, beberapa diantaranya telah diteliti oleh Balai Besar Kerajinan Batik di Yogyakarta. Umumnya produk fesyen berkelanjutan memang menggunakan pewarnaan alam dari tanaman. Dan secara tradisi leluhur kita menurunkan ilmu pemanfaatan tanaman mulai dari sebagai sumber pengobatan, perawatan tubuh dan kecantikan sampai pada pewarnaan kain tenun dan batik. Tradisi menggunakan pewarnaan alam kain yang bersumber dari tanaman masih dikerjaan oleh para artisan tenun dan batik kita di berbagai daerah. Sangat mengesankan.

Namun jauh sebelum itu, sumber pewarnaan alam yang digunakan oleh manusia pra sejarah adalah pewarnaan yang bersumber dari pigmen bumi yang berlimpah di sekitar mereka tinggal. Pigmen bumi seperti apakah? umumnya adalah pigmen ochre merah yang banyak terdapat pada tanah juga batuan. Ternyata manusia pra sejarah memiliki ekspresi seni dengan menggunakan ochre untuk membuat gambar-gambar cadas di gua-gua tempat mereka tinggal. Di Indonesia jejaknya ada di Pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Salah satunya di Sulawesi Selatan yaitu di Leang Tedongnge yang berjarak 64km dari kota Makassar. Gambar cadas berupa figur babi kutil ini diperkirakan berumur sekitar 45.500 tahun oleh tim Arkeolog dari Griffith University. Penemuan ini berawal dari penelitian lapangan oleh lembaga penelitian arkeologi Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas). Sila lanjut baca tentang ini di berbagai media, antara lain https://historia.id. Masih di Sulawesi Selatan, sebelumnya yang juga terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia adalah penemuan gambar cadas berupa figur pemburu dalam bentuk therianthropes (manusia dengan karakteristik binatang) di gua karst Leang Bulu  Sipong - Maros, kabupaten Pangkep. Diperkirakan usianya mencapai 44.000 tahun. Gambar-gambar cadas ini menggunakan pigmen warna merah bumi.

Dari berbagai artikel yang ada, maka bisa dipastikan red ochre adalah pigmen warna tertua di muka bumi. Pigmen ini banyak ditemukan di berbagai belahan dunia. Salah satunya yang terkenal adalah di Iran yaitu Pulau Hormuz yang indah. Tanah, perbukitan dan pasirnya berwarna merah hingga pantainya bercampur warna merah dan biru. Di Indonesia, di hampir semua wilayah juga dapat dipastikan ada pigmen ini dan tak hanya merah, juga kuning dan dapat ditemukan di pegunungan, perbukitan, tebing-tebing dan area terbuka lainnya seperti di Geopark. Namun tentu kita tidak dapat mengambilnya di area Geopark karena kawasan ini adalah kawasan yang dilindungi.

Nah pewarnaan dari pigmen bumi ini dapat kita manfaatkan untuk melukis di berbagai media. Oleh karenanya, di Barat mereka membedakan pewarnaan alam sesuai peruntukkannya yaitu

 1. natural dyes, untuk mencelup benang, kain dan material serat alam lainnya.

2. mineral pigment, yaitu tanah dan batuan untuk melukis dan mengecat. 

Pada masa renaisans atau abad pembaharuan di Eropa, sekitar abad ke-14 hingga abad ke-17 Masehi para pelukis terkenal menggunakan pigmen mineral untuk melukis. Salah satunya Leonardo da Vinci yang menggunakan warna biru dari batu lapis lazuli.

Kini seniman lukis Barat berlomba-lomba menggunakan pewarnaan alam yang bersumber dari mineral untuk karyanya. Tentu nilainya menjadi sangat luar biasa. Namun lebih dari itu, ini adalah sebuah upaya untuk membuat karya yang berkesadaran. Kembali menggunakan pigmen natural menjadi bentuk tanggungjawab artisan dalam menghasilkan karya.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? apakah sudah dimulai? apakah pigmen mineral terbatas digunakan untuk melukis di kanvas saja?

Melalui serangkaian eksperimen yang cukup panjang, saya menemukan bahwa pigmen mineral dapat digunakan untuk berkarya di berbagai media termasuk kain. Dan pigmen mineral yang bersumber dari soil (tanah) dapat digunakan untuk mencelup kain. Di berbagai daerah di Indonesia, kita memiliki tradisi mencelup kain dengan tanah dan yang sampai saat ini ada yaitu Batik Tanah Liek dari Sumatera Barat.

Mengenal lebih dekat dengan pigmen mineral memiliki pengalaman rasa yang berbeda. Tanah dan batuan sangat unik karena tercipta dari proses geologi yang secara alamiah terjadi di alam. Pigmen mineral  juga  menciptakan rasa terhubung yang kuat pada bumi maka ia disebut juga earth pigment/pigmen bumi. Bila kita siap untuk lebih dekat dengannya, maka Bumi akan membuka pintunya untuk kita terus berjalan ke dalamnya, menyelaminya dan semakin mencintainya. Daaan...semakin kita ingin menjelajah alam.

Bila tertarik belajar tentang pigmen mineral/pigmen bumi ini, saya membuka kelas baik privat maupun umum. Bila teman-teman tertarik, sila hubungi melalui direct message di instagram saya @indiracestra. 

Teman-teman akan belajar membedakan natural dyes dan mineral/earth pigment, mengenal mana pigmen mineral yang aman  dan yang mesti dihindari, bagaimana cara mengenali pigmen mineral, di mana mendapatkannya, di mana saja kita bisa  memperolehnya dengan aman, bagaimana mengestrak warna dari pigmen mineral ini, membuat cat natural berbasis pigmen mineral dan membuat karya bebas.











Comments

Popular Posts