Tentang Indira CESTRA Soerojo

Saya adalah pecinta seni, terutama seni olah kain. Sejak masa sekolah menengah atas sampai kuliah, saya suka membuat pernak pernik dari kain perca. Namun ketika masuk dunia kerja, kesenangan saya akan kriya kain terhenti. Di tahun 2005 saya memiliki pengalaman bekerjasama dengan pengrajin lilin berbahan baku natural, pembatik dan pengrajin lainnya di Bali dan Yogyakarta. Sambil mengelola graphic design house yang saya miliki, pada kurun waktu tahun 2005 sampai 2010 beberapa kali saya membantu pengrajin dalam mengemas produk dan pemasarannya.

Tahun 2013 saya dipercaya oleh Swisscontact Indonesia/Sahabat Cipta untuk mengerjakan rangkaian kegiatan pendampingan pengrajin berbasis kain/pembatik dari Sukoharjo, Klaten dan Solo. Kegiatannya meliputi pameran kecil produk batik, tenun lurik dan upcycle fabric serta lokakarya menembus pasar lokal dan regional yang menghadirkan narasumber dari Kementerian Perdagangan dan KADIN di Yogyakarta. Kegiatan mini exhibition karya para pengrajin dan lokakarya ini digelar selama 3 hari di Hotel Mustokoweni The Heritage, Yogyakarta pada Desember 2013.

Setelah kegiatan di Yogyakarta tersebut, April 2014 saya dan teman sesama pecinta seni olah kain membentuk komunitas seni olah kain, Kreativita Bina Hasta (KBH) di Jakarta. Beragam kelas kreasi seni olah kain dan pewarnaan alam, pameran serta textile trip /jelajah tekstil di dalam dan luar negeri rutin diadakan oleh KBH. Pameran seni olah kain terbesar yang diadakan KBH adalah Langgam Urban Menyelaras Tradisi di Museum Tekstil Jakarta, dalam rangka perayaan Hari Kartini, bulan April 2019. Komunitas ini telah meraih Anugerah/penghargaan dari :

1. KGPAA Mangkunegoro IX sebagai Komunitas yang Berjuang Tiada Henti untuk Pelestarian dan Kreasi  Kain di WastraFest , Maret 2019 di Puro Mangkuneran, Surakarta – Jawa Tengah.

2. Mataya Arts & Heritage sebagai Komunitas yang Turut Serta Melestarikan Warisan Leluhur, di Festival Payung Indonesia 2019 di Candi Prambanan, Jawa Tengah.

Sebagai textile artist,  melalui kurasi yang ketat beberapa karya saya  telah menembus NOVICA, sebuah wadah penjualan online yang membantu para artisan dari seluruh dunia untuk pemasaran produknya secara global. NOVICA adalah anak perusahaan National Geographic dan berpusat di California, Amerika Serikat.

Sebagai  natural dye enthusiast, saya berkomitmen untuk berkarya dengan menggunakan pewarna alam untuk semua jenis teknik surface design yang saya pelajari dalam berbagai media khususnya kain. Beberapa karya fashion saya seperti outerwear, handcrafted fabric dan shawl berlabel Cestra saya pasarkan di sosial media instagram @indiracestra dan facebook.

Saya menyadari bahwa untuk mengolah kain, diperlukan pemahaman akan pewarnaan yang baik. Apalagi saya fokus mengolah kain dengan pewarnaan alam yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Dalam pemikiran saya, kain tak hanya dicelup, namun juga bisa dilukis dan dicap dengan wooden block atau alat lainnya. Untuk itu saya mulai fokus membuat pewarna alam yang dapat digunakan untuk seni olah kain non celup.

Kini  saya juga tengah merintis pembuatan pewarnaan alam yang bersumber dari tanaman, tanah dan batuan alam  ke dalam bentuk tinta, cat air dan crayon natural. Satu project pribadi yang sedang saya kerjakan adalah membuat LOCAL COLOR CHART berbasis pewarnaan alam.  Selain belajar pewarnaan alam di Indonesia, saya menambah wawasan dalam membuat tinta natural di Bangkok, Thailand. Untuk teknik handblock print yang menggunakan vegetable dyes saya belajar di Jaipur, India. Melalui serangkaian uji coba, kini saya bisa membuat pewarnaan alam untuk teknik hand block printing dan screen printing.

Pengalaman mengajar melukis di kulit kayu dengan cat natural di Chiang Mai dalam event Bor Sang Umbrella Festival pada Januari 2020 mengilhami saya untuk mengajar anak-anak Indonesia membuat tinta natural. Di Chiang Mai, antusiasme anak-anak sangat luar biasa. Saya mengikuti kegiatan di Chiang Mai tersebut mewakili KBH dan atas ajakan Bapak Heru Mataya, penggagas Festival Payung Indonesia (Fespin) dimana acara di Bor Sang tersebut adalah sister festival dengan Fespin.

Memasuki bulan Maret tahun 2020, saya menginisiasi mengajar pewarnaan alam, yaitu membuat tinta natural untuk anak-anak di desa. Sayang pandemi yang ada membuat kegiatan ini tertunda sementara waktu dan baru terlaksana di bulan Desember 2020 di Ruas Bambu Nusa, Cangkringan - Sleman, DI Yogyakarta.  Kegiatan ini adalah dalam rangka Festival Warna Alam bersama Mataya Arts & Heritage yang digagas oleh saya dan Bapak Heru Mataya yang semoga bisa terealisasi secepatnya.

Selain menginisiasi Tabel Warna Alam Indonesia dalam Colors of Indonesia Project, saat ini saya rutin membuat cat natural untuk digunakan pada beragam media, membuat produk berbasis kain, mulai menulis blog tentang pewarnaan alam, mengajar kelas pewarnaan alam khususnya non celup, berkolaborasi seni olah kain dengan beberapa pihak dan berkegiatan bersama Kreativita Bina Hasta.

Khususnya tentang Colors of Indonesia project berkaitan dengan harapan saya suatu hari nanti, anak-anak Indonesia di setiap daerah punya local color chart atau tabel warna sendiri yang bersumber dari tanah, batuan dan tanaman agar mereka dapat berkreasi (menggambar, mewarnai dan melukis) di berbagai media dengan pewarna alam yang tersedia di sekitar tempat tinggalnya.

 




Comments

Popular Posts