Tabel Warna Alam

Selama ini kita mengenal color chart atau tabel warna yang dibuat oleh Pantone. Perusahaan yang berdiri tahun 1962 di New Jersey, Amerika Serikat. Saat itu skalanya masih kecil dan cikal bakal dibuatnya tabel warna ketika Pantone harus membuat kartu warna untuk kliennya, sebuah perusahaan kosmetik. Setahun kemudian tahun 1963, Pantone mengubah arah perusahaan menjadi perusahaan pertama yang membuat sistem panduan warna untuk berbagai keperluan, mulai dari desain dan percetakan, fesyen sampai bidang interior.

Saya tak hendak membahas Pantone, namun puluhan tahun kita terbiasa dengan tabel warna sintetis. Meski mungkin pada mulanya ragam warna yang dihasilkan Pantone juga terinspirasi dari warna warni yang ada di alam. 

Di Barat, dimana sejak usia dini anak diajak untuk bereksplorasi di alam terbuka, maka pengenalan pada pewarnaan alam dimulai saat mereka bermain. Anak diajak untuk mengamati dan berdiskusi serta bereksperimen dengan macam-macam tanaman. Untuk penamaan  satu warna saja, mereka bisa menyebutnya secara spesifik. Misalnya untuk warna merah atau kemerahan, untuk menyebut gradasi warnanya, mereka punya nama yang berbeda, antara lain, red velvet, red vermilion, burgundy, raspberry, chilli dan masih banyak lagi

Di Indonesia, terutama anak-anak di pedesaan yang akrab dengan alam, juga terbiasa dalam kesehariannya berteman dengan tanaman. Sebagian dari kita yang walaupun tinggal di perkotaan, pasti memiliki pengalaman bermain di desa dan mengenal ragam warna tanaman. Masa kanak-kanak saya, kadang diisi dengan bermain membuat gado-gado dimana saya memetik daun, bunga dan menguleknya dengan tanah. Setelah semua bercampur, saya pindahkan dari cobek ke daun pisang dan pura-pura menikmatinya. Haha!

Atau ketika sebagian dari kita bermain di dapur, kita melihat ibu mengupas bawang lalu kulitnya direbus untuk bersama telur hingga kulit terlur menjadi coklat. Juga ketika ibu atau nenek kita membuat kue hijau yang warnanya didapat dari irisan daun pandan, membuat nasi kuning yang kuningnya didapat dari kunyit dan masih banyak lagi.

Itulah mengapa dulu sangat umum kita menyebut warna dengan mengaitkannya dengan warna tanaman atau apapun yang ada di alam. Misalnya hijau daun pandan, hijau apel, kuning kunyit, merah jambu, merah cabe, merah bata, oranye jeruk, hitam arang, biru laut, coklat tanah. Setiap daerah biasanya punya sebutan khusus untuk warna dan  berbeda di setiap daerah. Kesamaannya adalah semua berasal dari alam sekitar. Kini, mungkin anak-anak yang lahir dan besar di perkotaan jarang yang bisa menyebut nama-nama warna yang bersumber dari alam sekitar. Bahkan di desa yang dekat dengan perkotaan, permainan anak-anak sudah berbeda dengan masa kecil kita. Generasi milenial, apalagi zilenial lebih akarab dengan dunia digital.

Nah bagaimana agar anak anak muda kita bisa kembali mengenal warna alam? Salah satu caranya adalah dengan mengajak mereka untuk membuat tinta natural. Dari belajar membuat tinta natural akan didapat tabel warna alam yang indah. Dengan bantuan modifier atau agen pengubah warna alami satu tanaman bisa menghasilkan minimum tiga warna. Dan kadang warna yang dihasilkan jauh berbeda dengan warna asli tanaman tersebut. Menarik bukan? 😃




Comments

Popular Posts